Jadi Dewasa 101

Journaling

Kamu mungkin pernah terlintas pertanyaan yang kalau dipikirin doang rasanya berat banget, aku ini siapa sih? Buat apa aku dilahirkan di dunia ini? Aku mau jadi apa? Lalu kalau mati, aku mau orang orang mengenalku seperti apa?

Share This Post

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Apa sih itu journaling? Dan kenapa kamu harus melakukannya? Apakah dengan rutin journaling akan membuat taraf hidupmu lebih sejahtera? Hanya butuh waktu 3 menit untuk membaca artikel ini sampai habis. 

Kalau jaman dulu namanya diary, tapi journaling berbeda. Diary diartikan banyak orang sebagai aktivitas menulis, dan biasanya tulisannya berupa catatan harian. 

 

Sedangkan journaling lebih spesifik menumpahkan segala perasaan dari mulai emosi, sedih, kecewa, marah bahkan senang.  

Gak harus dengan cara nulis kok, kamu bisa recording suara, bikin vlogg, atau melukis. Karena journaling adalah proses refleksi diri, cara kita berdialog dengan diri sendiri.

Kamu mungkin pernah terlintas pertanyaan yang kalau dipikirin doang rasanya berat banget, aku ini siapa sih? Buat apa aku dilahirkan di dunia ini? Aku mau jadi apa? Lalu kalau mati, aku mau orang orang mengenalku seperti apa?

Dimulai dari pertanyaan itu, kamu bisa mencoba lebih dekat dengan dirimu. Selain tau tujuan hidup dan mengenal diri sendiri, journaling dapat membantu mengendalikan emosi dan meningkatkan kesehatan jiwa. 

 

Kamu jatuh dari sepeda, kaki kirimu luka dan berdarah, duduk minum air putih dan makan es krim mungkin membuat kamu merasa feel good, relaks, tapi sifatnya cuma sementara, karena kakimu masih terluka dan tidak akan sembuh kalau gak diobatin.

Nah, begitu juga dengan journaling kalau kamu mau sekedar feel good, journaling bukan 100% buat itu, karena journaling adalah proses refleksi diri. 

Beberapa orang ada yang enggak sanggup melakukan journaling sendiri, harus didampingi psikolog, tapi itu bukan menjadi masalah. Semua orang punya proses menuju pulihnya sendiri. Ini bukan soal benar atau salah kok. Kamu hanya butuh waktu terbaik untuk mendengarkan dirimu, mencari tahu apa yang sebenarnya kamu butuhkan. 

Gimana caranya, aku harus mulai dari mana?

Enggak ada template khusus dalam menulis journal, waktunya juga gak harus rutin setiap hari. Semua tergantung kebutuhan. Carilah waktu terbaik, siapkan minuman favorit, kamu bisa menulis di buku yang cantik, sambil membuat sketsa kalau memang kamu suka. 

Bebas. Ekspresikan semua rasa dan isi kepalamu tanpa ragu, tanpa dihantui rasa salah atau benar.  Kamu bisa melakukan itu saat kamu butuh, kalau memang harus setiap hari, ya enggak apa apa kok. 

Roland Jouvent adalah psikiater di salah satu rumah sakit Paris, ia pun bilang kalau kita nulis menggunakan tangan, itu ada unsur tarian dan melodi yang dilibatkan, sehingga tulisan kita akan memiliki emosi. Oleh karena itu, journaling lebih dianjurkan dilakukan di kertas atau buku. Atau kalau kamu lagi diet kertas, kamu juga bisa menulis menggunakan stylus daripada mengetik menggunakan keyboard 

Selain itu nulis pakai tangan itu lebih kompleks dan butuh berbagai keterampilan, seperti menggerakan alat tulis dan  merasakan kertas, berbeda dengan kamu menulis di keyboard lebih sederhana tinggal pencet-pencet manja. 

Nulis di kertas atau buku bisa buat kamu bebas berekspresi, mau di coret-coret, disobek-sobek juga bebas. Asal jangan di makan, kamu bukan debas, anak turunan dari debus yg suka makan kaca. 

Cuman ini akan jadi berbeda pandangan ketika kamu memutuskan mengurangi sampah kertas. Semua tergantung pilihan kamu, yg penting nyaman dan happy.  Pokoknya jangan nulis di tembok tetangga dengan kalimat “ku ingin marah melampiaskan, tapi aku hanya sendiri di sini” tenang enggak, makin runyam iya.😒 Boncos, gak cuma diomelin dan bahan gibah tetangga lainnya, kamu juga pasti disuruh ganti rugi catnya🥴

Bebas tapi tetap ada etika jangan sampai aktivitas journal kamu merugikan orang lain.

Sekarang mari kita bahas manfaatnya dari hasil konsisten menulis journal. 

 Menurut Dr. James Pennebaker, seorang psikolog dan ahli terkemuka di bidang Expressive Writing, journaling dapat menurunkan tingkat depresi dan anxiety, meningkatkan kualitas hubungan sosial antar manusia. 

Enggak cuma itu, journaling  juga membuat sel imun T-lymphocytes dalam tubuh menjadi semakin kuat, menurunkan tekanan darah tinggi dan bantu memperbaiki kualitas tidur. 

Tapi apakah bisa memperbaiki salary? Bisa, habis ini kita bahas ya.

Seorang psikoterapis dan ahli di bidang journaling, Maud Purcell, juga mengatakan bahwa kegiatan journaling ini melibatkan penerapan dari kedua belah otak kita sekaligus. 

Saat melakukan journaling, otak kiri kita yang cenderung rasional dan analitis akan sibuk berpikir. Di waktu yang sama, otak kanan kita yang cenderung kreatif, sensitif, dan intuitif, juga akan tetap aktif ‘bermain’ dan ‘berkelana’.

 Hal ini dapat membantu menyembuhkan luka batin dan mental kita. 

 Dari perjalanan dan proses ini secara tidak langsung dapat melatih otak kita untuk peka dan kritis memahami diri sendiri dan lingkungan sekitar. 

Kalau mentalmu sehat, otomatis kinerja kamu di kantor juga makin bagus, hidup bahagia dan  sejahtera. Karena kita punya skill mampu mengendalikan emosi dan pikiran pikiran negatif. Iya, itu termasuk skill yang gak semua orang bisa lho. 

Mau tahu penjelasan visual mengenai journaling? Dengarkan podcast jadi dewasa 101 di sini :


kamu bisa mendengarkan sambil bersih-bersih rumah, atau memulai nulis journal

bersama Coach Anez founder Talk to Coach dan Salsa Erwina. 

Perjalanan menjadi dewasa memang rumit dan gak mudah, biar kamu enggak merasa sendiri follow instagram kami @jadidewasa101  

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore

Kehidupan Sosial

Miskonsepsi Saat Punya Anak

  Bagaimana rasanya jadi ibu muda di usia 25 tahun? Apa saja yang harus dipersiapkan? Tika salah satu tim content researcher Jadi dewasa101 yang kali