
Bagaimana rasanya jadi ibu muda di usia 25 tahun? Apa saja yang harus dipersiapkan? Tika salah satu tim content researcher Jadi dewasa101 yang kali ini menjadi narasumber di podcast kami akan membagikan pengalamannya menjadi orangtua di usia muda dan 3 miskonsepsi tentang anak.
Mendengar orang terdekat kita memberi kabar tentang kehamilannya, tentu ada rasa haru dan bahagia. Apalagi orangtua yg mendengar bahwa anaknya hamil, akan sangat menyambut kabar itu dengan suka cita karena dalam waktu dekat mereka akan menimang cucu yang lucu.
Tapi ternyata tidak semua kehamilan mendapat sambutan yg menyenangkan. Tika contohnya. Masih ada cita-cita yang mau dituju, keluarga pun berharap setidaknya ia masih harus fokus melanjutkan studynya. “Lhah kok hamil sih” kurang lebih begini ekspresi yang digambarkan.
Tika pun baru menyadari dirinya hamil saat usia kandungan sudah 4 bulan. Semua cita-cita dan rencana study akhirnya terpaksa harus ditunda. “Ini bukan perusahaan, bukan produk, bukan sesuatu yang dikembangkan. Tapi ini makhluk hidup(manusia) yang dipercayakan Tuhan dititipkan ke rahim kamu. Berarti kamu punya capabilty untuk menerima ini” Ucap Tika dalam cuplikan podcast.

Bercita-cita ingin menjadi seorang akademisi, sejak dari dulu Tika memandang dunia ini bagaikan laboratorium besar yang didalamnya banyak sekali percobaan yang bisa diamati sekaligus dipelajari. Dan di usia kehamilan 4 bulan, perempuan alumni Universitas Padjajaran Bandung itu memanfaatkan waktu semaksimal mungkin untuk mempelajari apa saja yang harus dipersiapkan ketika menjadi Ibu.
Ia mempelajari banyak jurnal terkait parenting. Salah satu buku yang dibaca adalah The Danish Way Of Parenting. Menurut World Happiness Record oleh PBB, selama lebih dari 40 tahun Denmark selalu terpilih menjadi negara paling bahagia sedunia.
Ternyata semua dimulai dari gaya pengasuhan. Mereka berhasil melahirkan anak-anak yang tangguh, emosi terkendali dan bahagia.
Di usia kehamilan itu setiap bulan rutin periksa ke dokter kandungan, ada kecanggihan teknologi bernama USG. Tika dan suami memandang sebuah keajaiban di dalam tubuhnya yang mungil terdapat manusia kecil, yang sewaktu-waktu suka nendang-nendang perut. Ia tak bisa membayangkan saat itu terdapat dua jantung di tubuhnya. Bermula dari segumpal darah yang berkembang menjadi jantung, tangan, kaki dll.
Setelah melahirkan, Tika semakin sadar ada 2 miskonsepsi saat punya anak
Yang pertama, paradigma orangtua selalu bilang kalau yaudah sih punya anak itu proses yang natural, ngalir aja.
Ngalir kemana nih? Anak kan harus tetap diarahkan. Dia akan menjadi makhluk individu yang berdiri sendiri dan harus kita observasi dulu agar treatmentnya tepat, tugas orangtua tetap mendampingi menentukan arah yang dia mau.
Kalau ngalir aja kan bisa terbawa arus.
Yang kedua, Tika membebaskan anaknya untuk explore seperti ngacak-ngacak mainan dan benda di sekitar. Selagi itu tidak berbahaya dan tetap dengan pengawasan. Agar anak tidak merasa terkekang, tetap bisa mempelajari banyak hal dengan menyenangkan. Tapi sang ibu juga mengajarkan kalau habis di berantakin, di acak-acak harus dirapihkan lagi.
Ada satu kejadian yang membuat narasumber merasa amazed. Nattan anaknya, yang saat recording podcast berusia 3 tahun itu. Waktu bayi, Tika kebingungan karena rewel dan tak kunjung tenang. Berbagai macam cara dilakukan dari mulai menyalakan musik, ditimang-timang tak kunjung diam. Tapi begitu Tika mengambil sikap menenangkan diri, anaknya seketika ikut tenang.
Sejak saat itu ia selalu berusaha selalu tenang di situasi apapun. Karena ibu kalut anak rewel, ibu tenang anaknya juga tenang. Ikatan batin seorang Ibu dan anak memang sungguh kuat.
Mau tahu penjelasan audiovisual tentang miskonsepsi saat punya anak? Dengarkan podcast jadi dewasa 101 di sini
kamu bisa mendengarkan sambil bersih-bersih rumah, atau sambil bermain bersama anak
Perjalanan menjadi dewasa memang rumit dan gak mudah, biar kamu enggak merasa sendiri follow instagram kami @jadidewasa101
Sudah saatnya #bangunhidupygkamumau